cerita rakyat bengkulu putri serindang bulan
CeritaRakyat Rejang, Asal Usul Batang Enau/Aren; Sugon,muning paling jayo sadei Topos; Sejarah Rejang Tiang IV di Lebong; Ritual Adat "Ngundang Binieak" Kisah Putri Serindang Bulan; Butau Gesea Mitos Rakyat Rejang Di Lebong; Danau Dendam Tak Sudah (Cerita Rakyat Bengkulu) Putri Gading Cempaka Cerita Rakyat Bengkulu
Puluhan pekerja migran Indonesia (PMI) yang disekap perusahaan investasi ilegal di Kamboja akhirnya berhasil diselamatkan pemerintah.
PutriSerindang Bulan b. Putri Berambut Ikal Sambila (Putri Gading Cempaka) Lagu kekayaan 5 a. Pendekar Balai Buntar b. Sanggar Anggrek Bulan Komunitas a. Putri Gading Cempaka budaya sanggar anggrek bulan merupakan salah satu Tabel 1:Daftar Inventarisasi Kekayaan Intelektual kota Bengkulu dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Ceritatentang Indonesia. Tentang tempat-tempat indahnya, kulinernya, sejarah, adat istiadat dan kisah masyarakatnya. DimensiIndonesia. Adat & Budaya Keindahan Tanjung Menangis dan Legenda Putri Datu Samawa. Muhammad Amril-14/07/2022. 0. Istana Dalam Loka, Arsitekturnya Menyimbolkan Syariat Islam. Sejarah Muhammad Amril-Traking ke Ramang
Title Bengkulu : seri cerita-cerita nusantara / Tim S.M.I.LE ; editor, Maria, Author: Maria*(editor)|Tim S.M.I.LE*(pengarang), Publisher:Yogyakarta : Kyta, 2019, Subject:Folklor , Isbn: -8, Type: Monograf Buku seri cerita-cerita nusantara mewakili cerita rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia. Dengan buku ini diharapkan
Site De Rencontre Femme Mariée Belgique. Bengkulu menyimpan banyak cerita rakyat yang sarat akan pesan moral. Kalau penasaran dengan apa saja cerita rakyat dari daerah ini, kamu bisa mencari tahunya lewat artikel berikut!Indonesia menyimpan banyak sekali cerita rakyat yang patut untuk diteladani karena memiliki pesan moral yang bagus sekali. Salah satunya adalah cerita rakyat dari Bengkulu. Tak hanya satu, ada beberapa cerita menarik yang bisa kamu simak. Kisah-kisahnya juga bisa kamu ceritakan kembali kepada adik, keponakan, atau orang terdekatmu yang masih kecil dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang baik kepada mereka. Kira-kira apa saja cerita rakyat dari Bengkulu yang sarat akan pesan moral ini? Ketahui selengkapnya lewat artikel-artikel di sini! Kamu mungkin pernah mengetahui sinetron atau novel berjudul 7 Manusia Harimau. Tahukah kamu kalau rupanya 7 Manusia Harimau itu merupakan sebuah legenda yang berasal dari Bengkulu? Kalau ...Provinsi Bengkulu memiliki legenda yang tidak kalah bagus dan menarik jika dibandingkan provinsi lain. Selain Putri Serindang Bulan, ada kisah Putri Gading Cempaka yang bisa kamu baca ...Danau Dendam Tak Sudah menjadi salah satu ikon wisata terkenal di Bengkulu. Namun, tahukah kamu bagaimana terbentuknya danau itu? Jika belum, simak ulasan cerita rakyat Danau Dendam Tak ...Ada berbagai macam cerita rakyat yang menarik dari Bengkulu, salah satunya adalah legenda Ular Kepala Tujuh yang akan mengajarkan tentang keberanian dan kerendahan hati. Kalau penasaran ...Provinsi Bengkulu mempunyai banyak dongeng populer yang berkembang di masyarakat, salah satunya adalah cerita rakyat Ular Ndaung. Apakah kamu familier dengan kisah ular besar itu? Kalau ...Tak berbeda dari daerah-daerah lainnya, Provinsi Bengkulu juga memiliki banyak sekali cerita menarik yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya adalah cerita Putri Serindang Bulan berikut ...Kisah Putri Serindang Bulan Cerita Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini merupakan salah satu legenda yang menarik untuk diikuti. Cerita ini juga memiliki pesan moral yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, kisanya cocok didongengkan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Selain ringkasan cerita dan pesan moral, kamu pun bisa membaca ulasan unsur intrinsik dan fakta menariknya. Baca juga Cerita Putri Serindang Bulan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran tentang Menjaga Persaudaraan Cerita Rakyat Ular Ndaung Kisah ini menceritakan tentang seorang janda yang memiliki 3 anak perempuan. Karena miskin, ibu dan si Bungsu mati-matian bekerja untuk makan, sedangkan anak-anak yang lain malah bermalas-malasan di rumah. Sedihnya, suatu hari si ibu jatuh sakit dengan kondisi memprihatinkan. Kata tabib, ibu mereka bisa sembuh bila meminum dedaunan khusus yang dimasak dengan bara gaib. Masalahnya, bara gaib itu terletak di puncak gunung, dan ia dijaga oleh ular besar nan sakti bernama Ular n’daung. Dari ketiga anak, hanya si Bungsulah yang berniat untuk mencarikan obat bagi sang ibu. Akhirnya, ia pun nekat pergi ke gunung tersebut dan bertemu dengan ular n’daung. Setelah mengutarakan niatnya ingin mengambil bara suci, giliran si ular yang meminta syarat pengganti dan itu cukup berat. Kira-kira, apa syarat yang diminta si ular? Baca juga Kisah Ular Ndaung Si Penjaga Bara Gaib dari Bengkulu Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu Setelah menikah, Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai melangsungkan prosesi mandi bersama di tepi Danau Tes. Namun, keduanya mendadak menghilang tanpa jejak. Penghuni kerajaan Kuteik Rukam pun kelimpungan. Usut punya usut, rupanya kedua mempelai itu diculik oleh ular berkepala tujuh yang menghuni danau tersebut. Sang raja pun bingung karena tak punya ide untuk menyelamatkan keduanya. Saat itu, pangeran bungsu yang masih berusia 13 tahun menawarkan diri untuk membebaskan kakaknya. Mampukah sang pangeran melakukannya? Baca juga Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian Cerita Rakyat Bengkulu Danau Dendam Tak Sudah Pada jaman dahulu, hiduplah seorang perempuan cantik bernama Esi Marliani. Suatu hari, ia bertemu dengan lelaki tampan bernama Buyung. Mereka berdua pun jatuh cinta dan serius melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tak dinyana, tiba-tiba Buyung datang dengan membawa kekasihnya yang bernama Upik Leha. Perempuan yang tak kalah cantik itu merupakan jodoh pilihan orang tuanya. Esi pun diputuskan secara sepihak dan ditinggal nikah. Merasa tak terima, akhirnya Esi melakukan sesuatu yang berdampak sangat besar bagi mereka. Apakah itu? Baca juga Legenda Danau Dendam Tak Sudah dari Bengkulu dan Ulasannya yang Menuai Tangis Cerita Putri Gading Cempaka Siapa bilang kisah putri-putri kerajaan hanya berasal dari luar negeri saja? Di Indonesia, juga banyak kisah putri kerajaan yang seru untuk diikuti. Salah satunya adalah Putri Gading Cempaka yang merupakan cerita rakyat asal Bengkulu. Kisah yang satu ini sarat akan pesan moral. Untuk itu, bagus juga kalau mau kamu ceritakan kembali kepada adik, keponakan, atau sepupu yang masih kecil. Baca selengkapnya Legenda Putri Gading Cempaka dari Bengkulu, Pesan tentang Menuruti Nasihat Orang Tua Cerita Legenda 7 Manusia Harimau Apakah kamu familier dengan cerita lengenda 7 Manusia Harimau? Ya, kisah ini pernah diangkat ke dalam sinetron yang tayang di salah satu stasiun TV swasta Indonesia. Kalau belum pernah mendengar ceritanya, simak saja pada artikel yang sudah kami tulis ini. Ceritanya sungguh menarik untuk diketahui. Baca selengkapnya Legenda 7 Manusia Harimau dari Bengkulu dan Ulasan Menariknya, Kisah Kerendahan Hati Seseorang yang Berilmu Tinggi EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Kisah Putri Serindang Bulan BengkuluAlkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan bersaudara. Mereka merupakan putri Raja Wawang. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah Serindang Bulan menikah. Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah terlebih dahulu.“Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin meminangmu. Segeralah menikah. Jangan kuatir, kami semua akan menyusul menikah.” ujar kakak tertua.“Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah. Aku berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.” Putri Serindang Bulan Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah. Para pemuda merasa gembira. Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan Bulan Terkena Penyakit AnehTiba-tiba kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan. Menjelang pernikahan, wajahnya berubah menjadi buruk. badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit.“Ada apa dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang Pangeran keheranan.“Aku juga tidak tahu. Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi penyakit kulit.” ujar Putri Serindang menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi, wajah Serindang Bulan kembali sang putri menjadi sehat seperti sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan. Hal ini terus terulang hingga sembilan kali. Pihak keluarga terutama keenam saudarinya merasa Oleh Kakak-KakaknyaPada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan mengadakan rapat rahasia. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi kerajaan. Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang Bulan. Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah menyingkirkannya. Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan berjalan-jalan. Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya masuk ke dalam hutan. Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya.“Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua, maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui kakak-kakaknya. Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari sungai Ulau Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki rakit di sungai. Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia Tuanku Raja AlamSetahun telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana. Suatu ketika, sebuah perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Karena penasaran, Raja pun menepi kemudian turun dari perahu. Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar kemilau diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah. Sang raja mengetuk pintu rumah. Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang membuat Raja terkejut.“Wahai gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal darimu.” kata berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya. Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya untuk tinggal di Kerajaan Indrapura. Serindang Bulan pun di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat. Sang Raja menceritakan masalah Serindang Bulan. Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk. Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik. Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Serindang Bulan Kembali Bertemu Keenam SaudarinyaPara Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan. Raja kemudian mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam. Mendengar kabar tersebut, kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main. Mereka menyalahkan Karang Nio karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan.“Sudahlah kakak-kakakku. Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio akhirnya berangkatlah keenam saudari tersebut. Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura, mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam. Keenam saudari meminta mahar berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Alam menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani dan wajahnya mirip Serindang Bulan. Mereka dihadapkan pada keenam saudari Serindang Bulan. Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana Serindang Bulan saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang Bulan asli. Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil menangis melepas rindu.“Bagus. Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara kalian.” kata Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan. Sementara Keenam saudari mendapatkan setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari kakak-kakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah.
Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan bersaudara. Mereka merupakan putri Raja Wawang. Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu. Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah Serindang Bulan menikah. Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah terlebih dahulu. “Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin meminangmu. Segeralah menikah. Jangan kuatir, kami semua akan menyusul menikah.” ujar kakak tertua. “Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah. Aku berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.” Putri Serindang Bulan menyanggupi. Raja Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah. Para pemuda merasa gembira. Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan meriah. Serindang Bulan Terkena Penyakit Aneh Tiba-tiba kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan. Menjelang pernikahan, wajahnya berubah menjadi buruk. badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit. “Ada apa dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang Pangeran keheranan. “Aku juga tidak tahu. Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi penyakit kulit.” ujar Putri Serindang Bulan. Pangeran menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi, wajah Serindang Bulan kembali cantik. Tubuh sang putri menjadi sehat seperti sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan. Hal ini terus terulang hingga sembilan kali. Pihak keluarga terutama keenam saudarinya merasa malu. Disingkirkan Oleh Kakak-Kakaknya Pada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan mengadakan rapat rahasia. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi kerajaan. Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang Bulan. Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah menyingkirkannya. Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan kakak-kakaknya. Pada suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan berjalan-jalan. Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya masuk ke dalam hutan. Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya. “Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua, maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan sedih. Karang Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui kakak-kakaknya. Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari sungai Ulau Deus. Karang Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa senang. Sementara di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki rakit di sungai. Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia tinggali. Bertemu Tuanku Raja Alam Setahun telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana. Suatu ketika, sebuah perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Karena penasaran, Raja pun menepi kemudian turun dari perahu. Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar kemilau tersebut. Setibanya diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah. Sang raja mengetuk pintu rumah. Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang membuat Raja terkejut. “Wahai gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal darimu.” kata Raja. Setelah berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya. Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya untuk tinggal di Kerajaan Indrapura. Serindang Bulan pun menyetujuinya. Sesampainya di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat. Sang Raja menceritakan masalah Serindang Bulan. Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk. Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik. Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Bulan. Putri Serindang Bulan Kembali Bertemu Keenam Saudarinya Para Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan. Raja kemudian mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam. Mendengar kabar tersebut, kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main. Mereka menyalahkan Karang Nio karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan. “Sudahlah kakak-kakakku. Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio akhirnya mengiyakan. Lalu berangkatlah keenam saudari tersebut. Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura, mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam. Keenam saudari meminta mahar berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Bulan. Raja Alam menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani dan wajahnya mirip Serindang Bulan. Mereka dihadapkan pada keenam saudari Serindang Bulan. Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana Serindang Bulan asli. Kelima saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang Bulan asli. Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil menangis melepas rindu. “Bagus. Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara kalian.” kata Raja. Akhirnya Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan. Sementara Keenam saudari mendapatkan setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari kakak-kakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah. Referensi Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta Grasindo Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Buku Pintar. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, Seru. Ular Ndaung Dan Si Bungsu Ular Kepala Tujuh Keramat Riak Putri Gading Cempaka
Alkisah, di daerah Bengkulu, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Mawang yang berkedudukan di Lebong. Raja Mawang mempunyai enam putra, dan seorang putri. Mereka adalah Ki Gete, Ki Tago, Ki Ain, Ki Jenain, Ki Geeting, Ki Karang Nio, dan Putri Serindang Bulan. Saat berusia senja dan tidak dapat lagi melaksanakan tugas-tugas kerajaan, Raja Mawang menunjuk putra keenamnya, Ki Karang Nio yang bergelar Sultan Abdullah, untuk menggantikan kedudukannya. Tidak beberapa lama setelah Ki Karang Nio menjabat sebagai raja, Raja Mawang pun wafat. Sepeninggal Raja Mawang, terjadilah prahara di antara putra-putrinya akibat penyakit kusta yang diderita oleh Putri Serindang Bulan. Penyakit itu muncul setiap kali ada raja yang datang melamarnya. Akibatnya, pertunangan pun selalu batal. Anehnya, jika pertunangan itu batal, penyakit kusta itu pun hilang. Peristiwa tersebut tidak hanya sekali terjadi, tetapi berulang hingga sembilan kali. Peristiwa tersebut menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, keenam kakak Putri Serindang Bulan mengadakan pertemuan untuk mencari cara agar dapat menghapus aib tersebut. “Jika hal ini dibiarkan terus terjadi, nama baik keluarga kita akan semakin jelek di mata para raja. Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?” tanya Ki Gete membuka pembicaraan. Mendengar pertanyaan itu, kelima saudaranya hanya terdiam. Sejenak, suasana sidang menjadi hening. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba Ki Karang Nio angkat bicara. “Bagaimana kalau Putri Serindang Bulan kita asingkan saja ke tempat yang jauh dari keramaian,” usul Ki Karang Nio. “Apakah ada yang setuju dengan usulan Ki Karang Nio?” tanya Ki Gete. Tak seorang pun peserta sidang yang menjawab. Rupanya, mereka tidak sepakat dengan usulan Ki Karang Nio. “Kalau menurutku, sebaiknya Putri Serindang Bulan kita bunuh saja,” sahut Ki Tago. Mendengar usulan Ki Tago, para putra Raja Mawang tersebut langsung sepakat, kecuali Ki Karang Nio. Meskipun ia seorang raja, Ki Karang Nio harus menerima keputusan itu, karena ia kalah suara oleh kakak-kakaknya. Dalam pertemuan itu juga diputuskan bahwa Ki Karang Nio-lah yang harus melaksanakan tugas itu. Untuk membuktikan bahwa ia telah melaksanakan tugasnya, ia harus membawa pulang setabung darah Putri Serindang Bulan. Setelah pertemuan selesai, Ki Karang Nio segera menemui Putri Serindang Bulan. Betapa sedihnya hati putri yang malang itu mendengar keputusan kakak-kakaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menyerahkan nasibnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa Kuasa. “Ya, Tuhan! Lindungilah hambamu yang tidak berdaya ini!” ucap Putri Serindang Bulan dengan air mata bercucuran membasahi pipinya yang berwarna kemerah-merahan. “Maafkan aku, Dik! Aku juga tidak berdaya menghadapi mereka,” ucap Ki Karang Nio seraya menghapus air mata adiknya. Pada hari yang telah ditentukan, Ki Karang Nio pun bersiap-siap untuk membawa adiknya ke sebuah hutan yang sangat lebat untuk dibunuh. Sebelum mereka berangkat, Putri Serindang Bulan mengajukan satu permohonan kepada Ki Karang Nio. “Kak, bolehkah Adik membawa bakoa tempat daun sirih dan ayam hirik peliharaanku?” pinta Putri Serindang Bulan. “Untuk apa, Adikku?” tanya Ki Karang Nio. “Jika Adik telah mati, kuburkanlah bakoa dan ayam hirik ini bersama jasad Adik. Hanya itulah yang Adik miliki selain Kakak,” jawab Putri Serindang Bulan. Setelah berpamitan kepada kakak-kakaknya, Ki Karang Nio dan Putri Serindang Bulan pun berangkat menuju ke hutan. Di sepanjang perjalanan, kedua kakak-beradik tersebut tidak pernah saling menyapa. Hati Putri Serindang Bulan diselimuti perasaan sedih, sedangkan Ki Karang Nio berpikir mencari cara agar adiknya bisa selamat. Setelah berpikir keras, akhirnya ia pun menemukan cara untuk mengelabui kakaknya. Setibanya di tengah hutan, mereka pun berhenti di tepi Sungai Air Ketahun. “Adikku, sepertinya kita sudah terlalu jauh berjalan. Sebaiknya kita berhenti di sini saja!” Seru Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak! Silahkan laksanakan tugas Kakak!” seru Puri Serindang Bulan. “Tidak, Adikku! Aku tidak akan sampai hati membunuh adik kandungku sendiri,” kata Ki Karang Nio. “Lakukanlah, Kak! Adik rela mati demi keselamatan Kakak. Jika Kakak tidak membunuh Adik, nyawa Kakak akan terancam. Saudara-saudara kita di istana pasti akan membunuh Kakak,” desak Putri Serindang Bulan. Akhirnya, Ki Karang Nio memberitahukan rencananya kepada Putri Serindang Bulan bahwa ia akan mengelabui kakak-kakaknya. “Aku tidak akan membunuhmu, Adikku! Aku akan membuatkanmu sebuah rakit. Dengan rakit itu, kamu ikuti aliran Sungai Air Ketahun ini. Kakak berharap ada orang yang menolongmu,” ujar Ki Karang Nio. “Tapi, bukankah Kakak harus membawa pulang setabung darah Adik untuk dijadikan bukti kepada mereka?” tanya Putri Serindang Bulan. “Benar, Adikku! Jika kamu tidak keberatan, bolehkah aku menyayat tanganmu? Aku akan mengambil sedikit darahmu dan mencampurkannya dengan darah binatang,” pinta Ki Karang Nio. “Silahkan, Kak! Kakak pun boleh menyembelih ayam hirik ini untuk diambil darahnya!” seru Putri Serindang Bulan. Dengan berat hati, Ki Karang Nio pun menyayat tangan Putri Serindang Bulan. Kemudian, darah yang keluar dari tangan adiknya tersebut ia campurkan dengan darah ayam hirik yang telah disembelih sebelumnya, lalu ia masukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ia menyuruh Serindang Bulan untuk naik ke rakit yang sudah disiapkan. “Pergilah, Adikku! Hati-hatilah di jalan! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa senatiasa melindungimu!” seru Ki Karang Nio. “Terima kasih, Kak! Semoga kita dapat bertemu kembali,” ucap Putri Serindang Bulan sambil meneteskan air mata. Ki Karang Nio pun tidak mampu membendung air matanya. Ia tidak tega melihat adik yang sangat disayanginya itu hanyut terbawa aliran air sungai. Setelah Putri Serindang Bulan hilang dari pandangannya, Ki Karang Nio pun bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada kakak-kakaknya bahwa ia telah melaksanakan tugasnya. Kakak-kakaknya pun mempercayainya dengan bukti berupa tabung yang berisi darah tersebut. Sementara itu, setelah berhari-hari hanyut di sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya terdampar di Pulau Pagai, di lepas pantai muara Air Ketahun. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, ia ditemukan oleh Raja Indrapura yang sedang berburu di pulau itu. “Hai, Putri Cantik! Kamu siapa dan kenapa bisa berada di tempat ini?” tanya Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia berada di tempat itu. Mendengar cerita itu, Raja Indrapura sangat terharu. Akhirnya, ia membawa Putri Serindang Bulan ke istananya di Negeri Setio Barat. Tak berapa lama kemudian, terdengarlah kabar bahwa Raja Indrapura akan menikah dengan Putri Serindang Bulan. Berkat kesaktian Raja Indrapura, penyakit kusta sang Putri tidak pernah kambuh lagi. Berita tentang pernikahan mereka pun sampai ke telinga kakak-kakaknya di Lebong. “Apa, Putri Serindang Bulan masih hidup?” celetuk Ki Gete setelah mendengar laporan dari seorang prajurit istana. Ki Gete dan keempat adiknya sangat marah kepada Ki Karang Nio, karena telah mengelabui mereka. Namun, mereka tidak berani membunuh adiknya itu, karena takut mendapat murka dari Raja Indrapura. Akhirnya, mereka bersepakat untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Serindang Bulan dengan Raja Indrapura di Negeri Setio Barat. Ki Karang Nio tidak lupa membawa perselen, yaitu semacam emas sebagai uang jujur Putri Serindang Bulan. Setibanya di pesta tersebut, Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura pun menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Bahkan ketika mereka akan kembali ke Lebong, Raja Indrapura menghadiahi mereka berbagai perhiasan emas. Dalam perjalanan pulang ke Lebong, kapal yang mereka tumpangi diterjang badai dan dihempas ombak besar hingga pecah. Mereka terdampar di sebuah pulau yang bernama Ipuh. Semua perhiasan emas pemberian Raja Indrapura tersebut tenggelam di dasar laut, kecuali milik Ki Karang Nio. Rupanya, kelima kakaknya itu iri hati kepada Ki Karang Nio dan berniat untuk membunuhnya, lalu mengambil perhiasannya. Mengetahui niat busuk kakak-kakaknya itu, Ki Karang Nio pun menyampaikan kata-kata bijak kepada mereka. “Hartoku harto udi, harto udi hartoku, barang udi cigai, uku maglek igai.” Artinya “Hartaku harta kalian, harta kalian adalah hartaku, barang kalian hilang, aku memberinya.” Kata-kata bijak Ki Karang Nio tersebut benar-benar menyentuh perasaan kelima kakaknya. Apalagi ketika Ki Karang Nio membagikan hartanya kepada mereka dengan jumlah yang sama, hati kelima kakaknya itu semakin tersentuh karena kemuliaan hati adiknya. “Adikku! Engkau adalah saudaraku yang arif dan bijaksana. Engkau memang pantas menjadi Raja di Lebong,” ucap Ki Gete dengan perasaan kagum. “Benar, Adikku! Kami sangat bangga memiliki adik sepertimu. Kami sangat menyesal karena selalu bertindak kasar terhadapmu. Kembalilah ke Lebong, Adikku! Kami akan tinggal di pulau ini saja,” seru Ki Jenain. Ketika Ki Karang Nio akan berpamitan hendak kembali ke Lebong, salah seorang kakaknya berkata, ”Huo ite saok, kame cigai belek! artinya sekarang ini kita berpisah dan kami tidak akan pulang lagi!” Menurut empunya cerita, kata-kata tersebut menjadi terkenal di kalangan masyarakat Lebong, karena tempat mereka mengucapkan kata-kata tersebut sekarang dinamakan Teluk Sarak. Kata sarak diambil dari kata saok, yang berarti berpisah. Sekembalinya ke Lebong, Ki Karang Nio menikah dengan seorang putri raja dan kemudian dikaruniai dua orang putra, yaitu Ki Pati dan Ki Pandan. Ia memerintah rakyat Lebong dengan arif dan bijaksana. Ketika usianya sudah tua, Ki Karang Nio meminta adiknya, Putri Serindang Bulan yang menjadi permaisuri di kerajaan lain, agar kembali ke Lebong untuk memilih salah seorang putranya yang akan menggantikannya sebagai raja. Akhirnya, ketika kembali ke Lebong bersama suaminya, Putri Serindang Bulan menetapkan Ki Pandan untuk menggantikan ayahnya, Ki Karang Nio. Sementara Ki Pati mendirikan biku di sebuah daerah yang kini dikenal dengan Somelako. Pesan Moral Cerita di atas memberikan pelajaran bahwa antarsesama saudara harus saling menyayangi dan melindungi. Hal ini ditunjukkan oleh sifat dan perilaku Ki Karang Nio. Karena sifat kasih sayangnya, ia selalu melindungi adik kandungnya, Putri Serindang Bulan. Bagi orang Melayu, dengan berkasih sayang antarsesama, kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan
Atur jumlah dan catatanjumlahStok Total 27 Cerita Rakyat Nusantara Putri Serindang BaruMin. Pemesanan 1 BuahEtalase BukuKODE Bukuran 19 x 19 cmjenis kertas HVSsampul soft coverCERITA RAKYAT NUSANTARA PUTRI SERINDANG BULANAda masalah dengan produk ini?ULASAN PEMBELI
cerita rakyat bengkulu putri serindang bulan